LATAR BELAKANG
Candi adalah salah satu peninggalan sejarah di Indonesia. Di Sumatera Utara, tepatnya di Kecamatan Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta) terdapat beberapa bangunan candi agama Hindu atau Budha.
Candi Bahal I, II dan III peninggalan sejarah yang berlokasi di Desa Bahal, Kecamatan Portibi, Kabupaten Padanglawas Utara, Sumatera Utara yang baru dimekarkan dari Tapanuli Selatan ini, berjarak sekitar 60 Km atau dengan menempuh perjalanan selama 1,5 jam dari Kota Padangsidimpuan, diperkirakan sudah berusia ribuan tahun.
Tiga bangunan candi yang mengandung nilai sejarah dan budaya ini tampak kurang terawat dan memprihatinkan nasibnya. Sepertinya Pemerintah belum atau kurang perhatian untuk pelestarian peninggalan-peninggalan sejarah yang menjadi saksi bisu sejarah peradaban manusia masa lalu.
Kurangnya perawatan dan promosi membuat Candi Bahal
berbeda nasibnya dengan saudaranya Borubudur atau
Mendut yang mendiami Pulau Jawa.
Candi Bahal I dengan tingginya lebih kurang lima meter dan relief-relief pada dindingnya terlihat rindu sentuhan tangan, juga patung stupa di pintu masuk dengan sabar, membisu dan penuh harap menanti pengunjung datang menyapanya atau sekedar melihat tanpa bisa berbuat apa-apa.
Lain halnya dengan Candi Bahal II dan Candi Bahal III yang letaknya masih di lokasi yang sama di Desa Bahal, terlihat lebih amburadul. Rumput liar dan ilalang yang sudah agak meninggi tampak tumbuh menambah ketidaknyamanan mata memandang bangunan tua yang pasrah pada nasib yang menimpanya. Bukan hanya candi yang bisa kita lihat di tempat ini, tapi ada juga pohon balakka yang batangnya dijadikan masyarakat di Tapsel sebagai campuran masak holat makanan khas Tapanuli Selatan. Menurut warga, balakka tersebut telah berusia ratusan tahun.
Menurut warga juga bahwa hanya pada hari kebesaran agama Hindu dan Budha barulah Candi Bahal ini ramai didatangi pengunjung. Biasanya pengunjung tersebut beragama Hindu atau Budha yang datang untuk beribadah. Padahal obyek wisata candi ini jika dikembangkan tentu akan menambah PAD dan membuka lapangan kerja atau usaha bagi masyarakat sekitarnya Candi Bahal.
Candi adalah salah satu peninggalan sejarah di Indonesia. Di Sumatera Utara, tepatnya di Kecamatan Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta) terdapat beberapa bangunan candi agama Hindu atau Budha.
Candi Bahal I, II dan III peninggalan sejarah yang berlokasi di Desa Bahal, Kecamatan Portibi, Kabupaten Padanglawas Utara, Sumatera Utara yang baru dimekarkan dari Tapanuli Selatan ini, berjarak sekitar 60 Km atau dengan menempuh perjalanan selama 1,5 jam dari Kota Padangsidimpuan, diperkirakan sudah berusia ribuan tahun.
Tiga bangunan candi yang mengandung nilai sejarah dan budaya ini tampak kurang terawat dan memprihatinkan nasibnya. Sepertinya Pemerintah belum atau kurang perhatian untuk pelestarian peninggalan-peninggalan sejarah yang menjadi saksi bisu sejarah peradaban manusia masa lalu.
Kurangnya perawatan dan promosi membuat Candi Bahal
berbeda nasibnya dengan saudaranya Borubudur atau
Mendut yang mendiami Pulau Jawa.
Candi Bahal I dengan tingginya lebih kurang lima meter dan relief-relief pada dindingnya terlihat rindu sentuhan tangan, juga patung stupa di pintu masuk dengan sabar, membisu dan penuh harap menanti pengunjung datang menyapanya atau sekedar melihat tanpa bisa berbuat apa-apa.
Lain halnya dengan Candi Bahal II dan Candi Bahal III yang letaknya masih di lokasi yang sama di Desa Bahal, terlihat lebih amburadul. Rumput liar dan ilalang yang sudah agak meninggi tampak tumbuh menambah ketidaknyamanan mata memandang bangunan tua yang pasrah pada nasib yang menimpanya. Bukan hanya candi yang bisa kita lihat di tempat ini, tapi ada juga pohon balakka yang batangnya dijadikan masyarakat di Tapsel sebagai campuran masak holat makanan khas Tapanuli Selatan. Menurut warga, balakka tersebut telah berusia ratusan tahun.
Menurut warga juga bahwa hanya pada hari kebesaran agama Hindu dan Budha barulah Candi Bahal ini ramai didatangi pengunjung. Biasanya pengunjung tersebut beragama Hindu atau Budha yang datang untuk beribadah. Padahal obyek wisata candi ini jika dikembangkan tentu akan menambah PAD dan membuka lapangan kerja atau usaha bagi masyarakat sekitarnya Candi Bahal.
Candi
Bahal Sisa Kerajaan Buddha di Tapanuli Selatan
Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) di Sumatera Utara (Sumut), dikenal sebagai daerah dengan mayoritas penduduknya muslim. Tak tanggung, dari sekitar 728.799 ribu penduduknya, sebanyak 90 persen beragama Islam. Nuansa Islam terakumulasi sebagai adat, mulai dari adat perkimpoian, masuk rumah, khitanan hingga mengantar jemaah haji.
Kebanyakan masyarakatnya, selalu menggunakan pakaian yang juga mencerminkan nilai-nilai Islam. Lelaki mengenakan peci, atau sekedar lebai saat duduk di warung-warung kopi, bahkan hingga ke Padang Sidempuan, ibukota Tapsel. Sementara kaum ibu mengenakan kebaya atau kain terusan berikut mengenakan selendang. Padahal, arus modrenisasi juga mendera salah satu dari 25 kabupaten dan kota di Sumut ini.
Di setiap sudut, gampang dijumpai bangunan musholla atau mesjid dengan air untuk wuduk yang berasal dari air pancuran gunung. Maklum saja, sebagian besar dari 11.677 kilometer persegi luas wilayah Tapsel merupakan dataran tinggi.
Keidentikannya dengan budaya Islam membuat banyak yang yang tak percaya ketika mengetahui ternyata di kabupaten ini terdapat peninggalan Candi Budha! Tidak main-main, ada 16 candi di kabupaten ini. Keseluruhannya di Situs Purbakala Padang Lawas yang tersebar di empat kecamatan, Barumun, Barumun Tengah, Sosa dan Padang Bolak.
Candi Bahal berlokasi di Desa Bahal,
Kecamatan Padang Bolak, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, yaitu
sekitar 3 jam perjalanan dari Padangsidempuan. Candi ini merupakan
kompleks candi (dalam istilah setempat disebut biaro) yang terluas di provinsi
Sumatra Utara, karena arealnya melingkupi kompleks Candi Bahal I, Bahal II dan
Bahal III.
Candi Bahal hanya merupakan bagian
dari candi-candi Padanglawas yang berarti candi-candi yang terletak di padang
luas yang mencakup, di antaranya: Candi Pulo, Candi Barumun, Candi Singkilon,
Candi Sipamutung, Candi Aloban, Candi Rondaman Dolok, Candi Bara, Candi
Magaledang, Candi Sitopayan dan Candi Nagasaribu. Kemungkinan,
persawahan dan perkampungan di sekitar candi-candi
tersebut tadinya merupakan padang yang sangat luas. Dari sekian banyak
candi Padanglawas hanya Candi Bahal yang sudah selesai dienovasi, Candi
Sipamutung dan candi Pulo sedang dalam proses renovasi, sedangkan candi lainnya
masih berupa reruntuhannya.
Tidak diketahui apakah Candi Bahal
merupakan candi Hindu atau Candi Buddha. Menilik atap Candi Bahal I yang mirip
dengan bentuk atap Candi Mahligai di Muara Takus (Riau) diduga Candi Bahal
merupakan Candi Buddha. Akan tetapi, melihat arca-arca batu yang ditemukan di
tempat tersebut, seperti arca kepala makara, arca Ganesha, raksasa, dsb.,
diperkirakan Candi ini merupakan candi Hindu atau Buddha Tantrayana. Fungsi
candi Bahal pada masa lalu juga belum diketahui dengan pasti, walaupun penduduk
di sekitar menyebutnya "biaro" yang berarti biara.
Kompleks Candi Bahal terdiri dari
tiga buah candi, yang masing-masing terpisah dengan jarak sekitar 500 meter.
Beberapa kilometer dari candi ini ada pula kompleks candi lain, yaitu kompleks
Candi Pulo atau Barumun yang tengah dipugar.
Candi Bahal seringkali disebut juga
sebagai Candi Portibi, sesuai dengan sebutan untuk daerah tempat candi itu
berada. Dalam beberapa hal, terdapat kesamaan
di antara Candi Bahal I, II maupun III. Seluruh bangunan di ketiga kompleks
candi dibuat dari bata merah, kecuali arca-arcanya yang terbuat dari batu
keras. Masing-masing kompleks candi dikelilingi oleh pagar setinggi dan setebal
sekitar 1 m yang juga terbuat dari susunan bata merah. Di sisi timur
terdapat gerbang yang menjorok keluar dan di kanan-kirinya diapit oleh dinding
setinggi sekitar 60 cm. Di setiap kompleks candi terdapat bangunan utama
yang terletak di tengah halaman dengan pintu masuk tepat menghadap ke gerbang.
Lokasi Candi Bahal I mudah ditemukan
karena bangunan candi langsung terlihat dari jalan yang dapat dilalui
kendaraan beroda empat. Selain itu, di jalan masuk ke areal candi Bahal I telah
dibangun gapura dan sebuah pos penjagaan yang terletak tidak jauh dari
gapura.
Berhadapan dengan pos penjaga
terdapat sebuah bangunan yang difungsikan sebagai museum. Dalam museum tersebut
tersimpan bagian-bagian Candi Bahal yang belum dapat dikembalikan ke tempatnya
semula, termasuk arca utuh dan potongan arca.
Candi Bahal 1 dibangun
di pelataran seluas sekitar 3000 m2 yang dikelilingi pagar dari
susunan batu merah setinggi 60 cm. Dinding pagar tersebut cukup tebal,
yaitu sekitar 1 m, sehingga orang dapat berjalan dengan leluasa mengitari
candi. Pada pertengahan sisi timur, dinding halaman melebar, membentuk lantai
yang menjorok sekitar 7 m ke arah luar halaman candi. Dinding setinggi
sekitar 70 cm mengapit sisi kanan dan kiri lantai tersebut sampai ke batas
tangga yang terdapat di ujung sisi kiri dan kanan gerbang.
Bangunan utama Candi
Bahal I terletak di tengah halaman, menghadap ke gerbang. Di antara bangunan utama dan pintu gerbang terdapat
fondasi atau panggung berbentuk dasar bujur sangkar berukuran sekitar 7 x
7 m2. Tangga naik ke panggung yang dibuat dari batu merah tersebut
terdapat di sisi timur, berhadapan dengan tangga naik ke bangunan utama, dan di
sisi barat panggung, berhadapan dengan tangga untuk turun dari gerbang.
Di bagian selatan halaman, sejajar
dengan fondasi tersebut di atas, berjajar dua fondasi berukuran 3 m2 dan 2,5
m2. Tidak didapatkan informasi apakah di atas ketiga fondasi tersebut
tadinya terdapat bangunan atau tidak. Tidak diketahui juga fungsi
ketiganya.
Bangunan utama Candi Bahal I
merupakan yang terbesar dibandingkan dengan bangunan utama Candi Bahal II dan
II. Bangunan utama ini terdiri atas susunan tatakan, kaki, tubuh dan atap
candi. Tatakan candi berdenah dasar bujur sangkar seluas sekitar 7 m2
dengan tinggi sekitar 180 cm.
Di atas tatakan berdiri kaki candi
setinggi 75 cm, dengan denah dasar berbentuk bujur sangkar seluas 6
m2. Selisih luas tatakan dan kaki candi membentuk selasar mengelilingi
kaki candi. Di pertengahan sisi timur, tepat di depan tangga naik ke
kaki permukaan candi, tatakan candi menjorok ke luar sepanjang sekitar 4
m dengan lebar sekitar 2 m. Di ujung 'jalan' tersebut terdapat tangga
yang diapit oleh sepasang kepala makara di pangkalnya.
Makara adalah hewan yang hanya ada
dalam mitos, berwujud setengah ikan setengah buaya. Mulut arca kepala
makara dari batu tersebut menganga lebar. Dalam mulut yang terbuka
tersebut terdapat makhluk yang mirip dengan kinara-kinari, yaitu burung
berkepala manusia, seperti yang terdapat pada candi-candi Syiwa di Jawa.
Walaupun sama-sama terbuat
dari batu, arca makara pengapit tangga ini mempunyai pola hiasan yang
berbeda dengan yang terdapat di candi-candi di Jawa pada umumnya. Bagian
belakang kepala hewan tersebut dihiasi dengan pahatan lingkaran berjajar, yang
tidak ditemukan pada makara candi-candi di Jawa.
Sepanjang sisi utara dan
selatan dinding 'jalan' menuju tatakan terdapat pahatan berbentuk orang dalam
berbagai posisi. Walaupun banyak bagian pahatan yang sudah rusak, masih
terlihat bentuk orang yang tampak seperti sedang menari. Di sepanjang sisi
timur atau depan tatakan terdapat pahatan berbentuk raksasa yang sedang
duduk.
Pada dinding utara dan selatan kaki
candi tidak terdapat pahatan, sedangkan sepanjang dinding barat (belakang)
terdapat pahatan yang lebih halus namun sudah tidak jelas lagi
bentuknya.
Tubuh candi berupa bangunan bersegi
empat dengan alas berbentuk bujur sangkar seluas 5 m2. Selisih luas tubuh
candi dengan permukaan kaki candi membentuk selasar selebar sekitar 1 m. Untuk
mencapai pintu masuk ke ruang di dalam tubuh candi terdapat tangga setinggi
sekitar 60 cm dari permukaan kaki candi. Dalam tubuh candi terdapat
ruangan kosong berukuran sekitar 3 m2 yang dikelilingi dinding setebal
sekitar 1 m. Lebar ambang pintu masuk sekitar 120 x 250 cm. Tidak
terdapat pahatan yang menghiasi bingkai pintu.
Bentuk
atap Candi Bahal I sangatlah unik, tidak menyerupai limas bersusun seperti
candi-candi di Jawa Timur, namun juga tidak mirip stupa seperti atap Candi
Muara Takus. Bentuk atap Candi Bahal I silinder dengan tinggi sekitar 2,5
m, seperti kue yang diletakkan di atas tatakan persegi empat. Pahatan untaian
bunga melingkari tepian atap.
Masih
di dalam halaman Candi Bahal I, di sudut utara halamn belakang bangunan utama
terdapat fondasi berukuran sekitar 2,5 m2 dengan reruntuhan di
atasnya. Tidak didapat informasi mengenai bentuk asli maupun fungsi
semula reruntuhan tersebut.
Bahal II
Candi Bahal II terletak sekitar 100
m dari jalan dan sekitar 300 m dari Candi Bahal I. Pelataran Candi Bahal II sama
luasnya dengan pelataran Candi Bahal I dan juga dikelilingi pagar bata, akan
tetapi ukuran bangunan utamanya lebih kecil dari bangunan utama
Candi Bahal I.
Sebagaimana yang terdapat di Candi Bahal 1, pada pertengahan sisi timur, dinding halaman
melebar, membentuk lantai yang menjorok sekitar 4 m ke arah luar halaman
candi. Dinding setinggi sekitar 70 cm mengapit sisi kanan dan kiri lantai
tersebut sampai ke batas tangga yang terdapat sisi timur (luar).
Bangunan utama Candi Bahal II
terdiri atas susunan tatakan, kaki, tubuh dan atap candi. Tatakan candi
berdenah dasar bujur sangkar seluas sekitar 6 m2 dan setinggi sekitar 1 m. Di
atas tatakan berdiri kaki candi setinggi 75 cm, dengan denah dasar
berbentuk bujur sangkar seluas 5 m2. Selisih luas tatakan dan kaki candi
membentuk selasar mengelilingi kaki candi.
Tubuh candi yang berdiri di
atas kaki candi berdenah dasar bujur sangkar seluas 4 m2, sehingga di permukaan
kaki candi juga terdapat selasar selebar sekitar 1 m.
Dalam tubuh Candi Bahal II
juga terdapat ruangan kosong berukuran sekitar 3 m2, dikelilingi dinding
setebal sekitar 1 m. Pintu masuk selebar sekitar 120 x 250 cm menghadap
ke timur tanpa pahatan hiasan apapun pada bingkainya.
Dinding tatakan, kaki dan tubuh
candi juga polos tanpa hiasan pahatan. Atap Candi Bahal II berbentuk
limas dengan puncak persegi empat. Di sekeliling susunan teratas
terdapat deretan lubang yang tidak diketahui fungsinya.
Di depan pangkal tangga bangunan
utama terdapat sepasang kepala makara dengan mulut terbuka. Dalam mulut
terdapat makhluk yang tidak jelas bentuknya. Walaupun sama-sama terbuat dari
batu, kepala makara ini berbeda bentuknya dengan yang terdapat di depan
bangunan utama Candi Bahal I.
Di antara bangunan utama dan pintu
gerbang terdapat fondasi atau panggung berbentuk dasar bujur
sangkar berukuran sekitar 5 m2. Tangga naik ke panggung yang dibuat dari
batu merah tersebut terdapat di utara dan selatan.
Di sudut utara halaman
belakang bangunan utama terdapat semacam fondasi bangunan yang sudah
runtuh. Di sisi timur fondasi tersebut terdapat semacam fondasi lain yang
mempunyai tangga untuk naik di dua sisi, yaitu sisi utara dan selatan. Di depan
masing-masing tangga terdapat sebuah arca kepala makara yang posisinya
membelakangi tangga. Di dekat fondasi tersebut berserakan beberapa
potongan arca batu.
Bahal III
Candi Bahal II terletak sekitar 100
m dari jalan, namun Untuk mencapai lokasi Candi Bahal III orang harus melalui
jalan setapak, pematang sawah dan perumahan penduduk. Terdapat banyak kemiripan
antara Candi Bahal III dan kedua candi Bahal lainnya. Pelataran candi yang
luasnya relatif sama juga dikelilingi pagar batu bata dengan ketebalan dan
ketinggian yang sama. Gerbang untuk masuk ke halaman juga terletak di sisi
timur. Sama halnya dengan bangunan utama Candi Bahal III yang terletak di
tengah pelataran. Gerbang Candi Bahal III lebih mirip dengan gerbang Candi Bahal
I, karena tangga naik ke gerbang terletak di sisi utara dan selatan.
Tangga di gerbang Candi Bahal II terletak di timur.
Di antara bangunan utama dan pintu
gerbang juga terdapat fondasi atau panggung berbentuk dasar bujur
sangkar berukuran sekitar 5 m2. Tangga naik ke panggung yang dibuat dari
batu merah tersebut terdapat di utara dan selatan.
Ukuran dan bentuk bangunan utama
Candi Bahal III sangat mirip dengan bangunan utama Candi Bahal II. Pintu
masuk ke ruangan dalam tubuh candi juga terletak di timur.
Tidak terdapat pahatan pada bingkai
pintu, namun sepanjang dinding tatakan dihiasi pahatan dengan motif yang
mirip bunga. Tidak terdapat pahatan pada keempat sisi dinding tubuh
candi. Tidak terdapat pahatan pada keempat sisi dinding tubuh candi.
Atap Candi Bahal II berbentuk
limas dengan puncak persegi empat. Mirip dengan atap Candi Bahal II,
namun tidak terdapat deretan lobang pada atap candi ini.
Tidak terdapat hiasan kepala makara
di depan tangga naik ke selasar di permukaan tatakan, namun terdapat pahatan
yang sudah kurang jelas bentuknya di pipi tangga di kaki candi.
Di utara bangunan utama terdapat
batu potongan arca. Yang sebuah berbentuk seperti tatakan patung dengan
hiasan kelopak teratai di sekelilingnya, mirip dengan yang terdapat di Candi
Jago maupun Candi Singasari di Jawa Timur. Sedangkan potongan lainnya
tampak seperti bagian kaki dari sebuah arca yang dibuat dalam posisi berdiri,
karena di bagian bawah terdapat bentuk kaki, lengkap dengan jari-jarinya.
Museum Candi Bahal terletak di
seberang pos penjagaan Candi Bahal I. Bangunan museum ini mirip dengan bangunan
rumah biasa. Dalam museum tersimpan berbagai bentuk dan jenis bagian
candi-candi Bahal yang masih belum diketahui letaknya semula atau, yang karena
alasan tertentu, belum dapat dikembalikan ke tempatnya semula.
Di museum tersebut juga dilakukan
rekonstruksi potongan dan susunan batu dan bata untuk menemukan kembali
bentuk, susunan dan letaknya semula. Potongan batu yang ditemukan di ketiga
situs Candi Bahal umumnya merupakan bagian dari sebuah arca atau hiasan dan
bukan merupakan reruntuhan bangunan yang umumnya terbuat dari batu bata.
Di antara objek yang tersimpan dan
mengalami proses rekonstruksi di museum adalah potongan arca berbentuk raksasa
dalam posisi berdiri sambil memanggul gada. Di samping itu juga terdapat
sekumpulan batu bata yang memiliki lubang-lubang yang, konon merupakan jejak
kaki binatang. Kumpulan batu bata ini ditemukan pada tahun 2000 di
pelataran Candi Bahal I.
Banyak yang dapat dilihat di museum
ini. Sayang museum ini tidak dibuka secara rutin untuk umum. Tidak selalu ada
petugas yang dapat ditemui. dari petugas yang ditemui juga tidak banyak
informasi yang bisa didapatkan.
KESIMPULAN
Pemerintah daerah seharusnya mau berkorban sedikit demi menjaga situs yang sangat bersejarah ini. potensi bisa dijadikan di areal candi ini sebagai tempat PAD kalau seandainya pemerintah daerahnya mau menambahkan dan menjaga kebersihan daerah sekitar candi.
belum banyak yang tahu kalau di Sumatera Utara, Tapanuli Selatan , Portibi terdapat juga candi. tetapi kalau di bandingkan dengan candi yang ada di jawa, candi di portibi ini jauh sangat tidak terurus.
http://candi.pnri.go.id/sumatra/index.htm
http://pasid-xp.blogspot.com/2012/07/candi-bahal-sisa-kerajaan-buddha-di.html
KESIMPULAN
Pemerintah daerah seharusnya mau berkorban sedikit demi menjaga situs yang sangat bersejarah ini. potensi bisa dijadikan di areal candi ini sebagai tempat PAD kalau seandainya pemerintah daerahnya mau menambahkan dan menjaga kebersihan daerah sekitar candi.
belum banyak yang tahu kalau di Sumatera Utara, Tapanuli Selatan , Portibi terdapat juga candi. tetapi kalau di bandingkan dengan candi yang ada di jawa, candi di portibi ini jauh sangat tidak terurus.
http://candi.pnri.go.id/sumatra/index.htm
http://pasid-xp.blogspot.com/2012/07/candi-bahal-sisa-kerajaan-buddha-di.html