- Arsitektur tradisional menuju arsitektur Indonesia
- Laporan penelitian “pengumpulan dan dokumentasi ornament tradisional di sumatera utara”
- Arsitektur tradisional batak karo
Perjalanan Hidupku
Senin, 30 November 2009
Sabtu, 28 November 2009
11. Ornament-ornamen pada rumah adat “siwaluh jabu”
ornamen-ornamen pada rumah siwaluh jabu ini, semuanya mengandung arti mistic, ini berkaitan dengan kepercayaan pada masa itu.
Sumber :
- Arsitektur tradisional menuju arsitektur Indonesia
- Laporan penelitian “pengumpulan dan dokumentasi ornament tradisional di sumatera utara”
- Arsitektur tradisional batak karo
10. Tanduk rumah
9. Tunjuk langit
8. Atap
7. Buang para “ tempat kayu bakar”
Buang para ini berfungsi sebagai tempat kayu-kayu bakar. Letaknya berada persis di atas dapur. Selain sebagai tempat kayu bakar berfungsi juga sebagai tempat hasil panen agar hasil panen cepat kering. Terbuat dari kayu yang berukuran 20x30cm. cara penyambungannya dengan memakai teknik sambungan dengan istilah “pen”.
6. Labah “jendela”
Labah atau jendela terbuat dari papan yang tebak berukuran 8x30 cm. memanjang di tengah-tengah. Jendela ini di buat miring ke luar 40 cm agar ruangan di dalamnya lebih luas. Jumlah jendela pada ruamah siwaluh jabu ini ada 8. 2 dibagian depan, 2 dibagian belakang, dan 4nya lagi di bagian kiri dan kanan rumah ini.
5. Pintu
Daun pintu ini terbuat dari kayu yang sudah tua, yaitu berupa lembaran kayu yang tebal dengan berukuran 5x40cm dan papn ini ada dua lembar. Dan kalau di satukan ukurannya menjadi 10x80cm. dibentuk dengan menggunakn engsel yang menggunakan teknik sambungan engsel. Letak pintu ini langsung pada dinding, dan junjungan derpik yaitu disebut kozen pintu itu sendiri. Biasanya pintu ini dilengkapi dengan pegangan tangan yang disebut “cikepen”. Dan setiap rumah terdapat 2 pintu, dan setiap pintu mempunyai 2 daun pintu.
4. Suhi “cuping” (sudut dinding)
3. Dinding " dapur-dapur"
Dinding pada rumah ini terbuat dari kayu yang sama dengan kolom yaitu kayu “ndrasi” berbentuk papan. Papan-papan ini disambung dengan memakai sambungan pen dan di bantu dengan ikatan ijuk.
Dinding ini dibuat miring keluar supaya ruangan di dalamnya luas, dan asap dari dapur bisa lebih mudah keluar.
Dinding ini dibuat miring keluar supaya ruangan di dalamnya luas, dan asap dari dapur bisa lebih mudah keluar.
2. Tangga
Tangga pada rumah ini ada dua, yang satu posisinya terdapat di pintu masuk dan satunya lagi di bagian belakang. Tangga ini terbuat dari bamboo dan juga kayu yang bernama kayu tempawa. Bambu yang di pakai pada tangga ini biasanya berdiameter 15cm. demikian juga dengan kayu. Anak tangganya biasanya berjumlah ganjil yaitu 3.
Tangga ini langsung bersandar ke teras yang di sebut dengan ture. Ture in terbuat dari bambu juga dan berdiameter 15 cm. Dan tinggi dari ture ini dari permukaan tanah kira-kira 1,5 m. fungsi dari ture ini sendiri adalah sebagai tempat jaga malam atau ronda.
Selasa, 24 November 2009
1. Pondasi “palas”
Palas adalah sebutan untuk pondasi dalam bahasa karo. Palas ini terbuat dari batu alam yang terdapat di gunung atau sungai. Karena palas ini sering di sebut yang paling dasar pada rumah, maka orang karo sudah melazimkan kata palas untuk batu yang di gunakan untuk pondasi rumah adat karo ini.
Batu ini dilobangi sedemikian rupa (seukuran kolom) yang bertujuan untuk memasukkan bahan-bahan yang orang karo menganggapnya akan mendukung kekuatan bangunan ini.
Bahan-bahan itu adalah:
1. “Belo cawir “ Daun sirih
2. “Besi mersik” sejenis besi yang keras rapuk
3. Ijuk
Setelah bahan yang tadi di masukkan ke dalam lubang pada batu palas tadi barulah kolom di masukkan. Sebelum kolom di masukkan ke dalam batu palas, terlebih dahulu kolonya diruncingkan dengan membentuk segi delapan, agar bisa nancap ke dalam batu dan tidak mudah goyah. Batu palas tadi juga di tanam ketanah kira-kira agar batu itu tidak mudah bergesar.
seperti gambar sketsa di atas!
Senin, 23 November 2009
Perkembangan Arsitektur Tradisional Suku Batak Karo
RUMAH TRADISIONAL BATAK KARO
“SIWALUH JABU”
Delapan keluarga yang menempati rumah adat, itulah arti dari “siwaluh jabu”. Rumah adat siwaluh jabu ini biasanya memiliki 16 kolom. Delapan diantaranya menahan beban atap, dan delapan-nya lagi menahan beban struktur lantai. Kolom tersebut terbuat dari kayu yang sudah tua, dan nama kayu-nya adalah kayu “ndrasi”. Kayu ini berdiameter 40 cm dan kayu ini di ambil dari hutan setempat.
Rumah adat karo memiliki dua pintu, yang letaknya di bagian depan dan yang satunya lagi di belakang. Jumlah Jendela-nya ada delapan. Empat ada di samping kiri dan kanan. Dan empatnya lagi ada di bagian depan dan belakang. Organisasi rumah adat ini berpola “linier”. Karena ruangan-nya menunjukkan bentuk garis.
Keunikan dari rumah adat karo dibandingkan dengan rumah adat lainnya yang ada di sumatera adalah pada atapnya. Atap rumah adat batak karo ini bertingkat dua. Inilah sekilas mengenai informasi yang bisa saya tulis, dan selebihnya akan kita bahas satu persatu. Kita mulai dari bagian yang paling bawah yaitu;
“sumber”
‘buku arsitektur tradisional menuju arsitektur indonesia’
‘buku arsitektur tradisional’
Minggu, 22 November 2009
arsitektur indonesia
Langganan:
Postingan (Atom)